SELEPAS CAHAYA NEGERI PALA CENGKEH MENGHILANG

Pun sendiri. Mengarungi samudra negri para raja ini tak akan membuatmu penat-bosan dengan segala sisi romantika yang disuguhinya kau akan terbang tinggi mengolah asa-rasa menjulang, memanjat gapai cita dan cintamu. Itulah yang Qoe rasakan kini.
Selepas cahaya negri pala cengkeh Ternate Tidore menghilang. Semua sisi luar kapal gelap. Yang tersisa hanyalah cahaya kapal yg dengan manja memanjakn ikan yang dengan riang bahagia berpacu bersama cahaya kapal.

Sesaat menikmati Ikan2 dg tingkah yg lucu menggemaskan. Qoepun berbalik menuju dec tiga belakang kapal. Sebuah ruang kecil yg dengannya para penumpang menikmati secangkir kopi panas, melahap mie kua, dan ah setiap bungkusan sampah dibuang saja ke laut Siapa yg melarang entahlah sampah2 itu akan berlabu ketepian mana.
Anak paruh baya disampingQoe dg mudahnya meludah lalu berupaya menghilngkn bekas ludahnya dg sandal tepat di depannya, disamping kananQoe yg juga dipenuhi penumpang kapal di depannya juga. Seketika batinQoe terhadp anak paruh baya ini menghilang. SorotanQoe berpindah pd anak mudah lain yg berkelompok membentuk leter U bagai sebuah group Band jalanan dg segala potensi kreatifitas yg mungkin belum terkelola. Tampak cahaya kreatifitas bersublim pd mereka yg juga mungkin mereka tak sadar akan cahaya itu.
Mereka menyaksikan dan penuh jiwa bersama menyanyikan parade anak muda disebuah ruang kecil tepat depan kami semua. Dendangan lagu-lagu moloku kieraha disuguhi Anak Bua Kapal (ABK) disebuh TV Kecil tepat depan kami semua. Yg Qoe ingat judul yg membuat mereka bersahut membagi suara bag kelompok Vokal group music professional adalah Tanah Pusaka. Pesan persaudaraan dan bahu membahu dalam kemanusiaan sejati untuk Cahaya Maluku utara tercinta adalah mungkin pesan utama dari lagu itu. Yg sebisa ingatanQoe pad liryk lagu tersebut adalh;
“ Di ufuk timur Indonesia, terlahirlah Provinsi Baru dengan Kabupaten yg dimekarkan. Kabupaten Pulau-pulau sula, Halmahera Timur-Barat utara dan selatan. Negri yg kaya akan alamnya Provinsiku Maluku utara. Weda patani buli wasile ikan melimpah bacan obi emas mengalir di sana. Gunung tidore dan gamalama itu pesona Maluku utara. Gerbang pasifik morotai menambah jaya negriku…Mari bersatu jangan ada perbedaan…mari brsatu hilangkan dendam rasa di hati provinsi yg kita cinta Maluku utara biar berkembang maju…dari utara kita satukan tekad dan smangat…” selanjutnya suda Qoe lupa liryc tanah pusaka sebisa ingatnQoe saja’.
Selepas menyaksikan parade anak muda penuh jiwa itu, Qoe mencari tempat tepat melepas lelah & kantuk di sudut kanan depan kapal dec tiga. Kursi panjang biru yg sama dg warna jacketQoe serasi memadu. Namun ah belum bisa tidur.
Qoe membuka majalah lama yg sudah akrab semenjak melancong di Malang Raya Timur Jawa. PRISMA Vol.28 No.2 Oktober 2009. Lembar pertama Qoe buka “Pulau-pulau Tak Bernama di Nusantara” yg ditulis Daniel Dhakidae membuat hatiku miris. Qoe berceloteh sendiri yg bernama & yg berpenghuni aja tak bisa di urus bagaimana dengn yg tak bernama pengurusannya pasti ribet dan panjang lebar. Dhakidae menyentil bahwa proses pemberian nama memang akan memakan waktu masih lama lagi karena penamaan adalah birokrasi”. Ah birokrasi pasti panjang kali lebar. itulah cahaya buram birokrasi kita. bagai warisn leluhur kolonial..sudahlah..
Qoepun mengayunkn langkh mencari tempat yg tepat. Sampailah Qoe dirung kecil bertuliskn Mushallah. Ruang kecil yg tampak bercahaya,bersih,nyaman. Namun Qoe bergumam tidur di Mushallah bermaslah tidak ya. Qoepun teliti memeriksa tanda larangn tidur di dalamnya dan ahh tidak Qoe temui. Bismillah masuk aja tidur dan …Tinggg. Tepat pukul 04.20 wit. Qoe terbangun dan bunyi mesin tak lagi Qoe dengar. Cahaya lampu bersinar terang di luar sana. Owalaa.. sudah melekat manis kapal ni dengn dermaga Babang.
LangkahQoe menuju Dec satu, pintu dimana semua penumpang melewatinya. Penuh sesak depanQoe dan ternyata Innalillahi Wainnailahi Rojiun penumpang sakit yg dibantu nafas buatan Oksigen
semalam sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Semoga amal baik dan keluarga terutama anak2nya mengaliri kebaikan amal Sholeh agar dengn itu kuburannya lapang dan bercahaya terang bahagia di alam keabadian Zannahnya Allah. Aamiiin Ya Rabb.
Kaki Qoe ayunkan menuju Mushallah dekat Pelabuhan. Qoe disambut senyuman tulus ikhlas salah seorang pengurusnya yg mungkin suda bertahun-tahun mewakafkan diri mengurusi Mushallah ini. Cahaya tampak dari bekas Wudhunya.Sesaat lagi subuh & Qoe tabea menawarkan mengambil bagian dari prosesi sakral transenden ini. Dengan tenang ikhlas mempersilhkn.
Dan ahh jamaah masi tetap sama seginilah..empat orang..lima orang kadang sendiri kataNya yg dari dialeknya juga bukan asli daerah ini…hmmm Semog penduduk penuh sesak Subuh di masjid2 disekitar gumamQoe. Dan Qoepun masi menanti jadwal lanjutan perjalan ke negri asalku saketa Tercinta yg tepat pad Hari ini 10 Juli 1985 Qoe dilahirkn menghirup udara segarnya yg entah kini bagaimana. Sangsurya dg cahaya hidupnya menyapa Qoepun bergegas menuju Pelabuhan Speat menuju Tempat dimana dodominQoe ditanam. Saya Saketa & Saya Bangga. I Love Indonesia.Bersambung..

Tidak ada komentar: