RESEP MENATA HATI


Dunia Modern adalah sangkar besi sistem rasional, yang bertransformasi ke segala bidang kehidupan, kohesi moral di dalamnya kecil, abu-abu, fatamorgana. Ia lalu menjadi penyumbang tebesar krisis. seperti, krisis ekonomi, moral, krisis politik, krisis lingkungan dan seterusnya. Inilah fakta sosial yang sedang dan akan terus di jalani umat manusia seantero bumi ini. Fakta sosial oleh Durkheim adalah kekuatan (forces) sekaligus struktur yang bersifat eksternal yang memaksa individu.

Dalam the Rule Of Sociologikal Method, Durkheim membagi fakta sosial menjadi fakta material dan non-material. Ia melakukan analisis komparatif tentang apa yang membuat masyarakat bisa diakatakan berada dalam kondisi primitif atau modern. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta sosial non-material, dikarenakan kuatnya ikatan moralitas bersama, atau apa yang disebut Durkheim dengan kesadaran kolektif yang kuat. Dan tahapan terakhir fakta sosial non-material bagi Durkheim adalah Agama. Pun, sumber Agama bagi Durkheim adalah masyarakat. 

Konteks tulisan ini, jelas bahwa kesadaran untuk menggali kembali ajaran agama adalah suatu upaya yang instrinsik atas fakta sosial material. Benar, bahwa manusia modern cenderung apatis, acu tau, alergi, atas upaya re-Religion. bahwa agama dinilai formal, membosankan, hanya mengajarkan ibadat dan tradisi kuno. Tidak heran kemudian, manusia modern terkaget-kaget saat mereka menghadapi, meminjam istilah Hidajat Nataatmadja “kebiadaban modern” dan harus mengakui betapa hebatnya peradaban orang-orang terdahulu, betapa “modernya” ajaran agama. 

Oleh karena itu, dalam pandangan para sufi, kesadaran untuk kembali kepada pengakuan agama dengan segala konsekwensinya merupakan sebuah panggilan jiwa dan nurani terdalam manusia. karenanya, ajaran kesufian semakin nampak menjadi cukup populer. Orang kemudian disadarkan kembali mengenai pentingnya agama sebagai kontrol bagi kehidupannya. Kesadaran bahwa kehidupan dunia yang serba glamour dan menyenangkan ini sesungguhnya fana, sebab kita semua akan kembali ke alam yang kekal, akherat. karenanya bekal keabadian berupa iman dan takwa adalah niscaya. 

Sebagai langkah awal dalam memberikan “peredam” terhadap “manusia-manusia modern”, seorang Dr. Amir Said az-Zairi dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Kalbu” mencoba menguraikan dan memberikan “resep” terhadap Kalbu manusia mengenai manajemennya dalam kehidupan sehari-hari yang hampir tidak pernah lepas dari jeratan “setan”, sehingga diperlukan manajemen yang sesuai dengan perkembangan manusia. 

Imam al-Ghazali, salah seorang tokoh sufi. bahwa hati (qalbu) itu seperti cermin. Jika seseorang hatinya bersih atau sehat dari kemaksiatan maka hampir bisa dipastikan bahwa perbuatannya yang muncul juga akan baik. Jadi titik sentral perbuatan manusia sesungguhnya terletak pada hati (Dr. Amir Said az-Zairi; Manajemen Qalbu.hal.8). Lalu bagaimana kiat-kiat memanage hati dan mengobatinya agar tidak sampai menjadi keras ? Dr.Amir menjelaskan persoalan-persoalan tersebut dengan jelas baik secara ilmiah maupun secara religi dalam bukunya. 

Tidak heran manakala hati itu telah menjadi keras, maka dunia akan menjadi paling banyak menyita perhatian baginya. Mungkin kita juga merasakan fenomena yang sangat membahayakan ini, adapaun hal ini dapat kita ketahui sebab-sebabnya, seperti terlalu mencintai dunia, suka bergaul atau duduk-duduk dengan orang-orang yang banyak bergurau dan tertawa yang berlebihan, terbiasa dengan kemaksiatan, lupa mengingat Tuhan, dan lupa akan sakaratul maut. Dalam hal ini dapat kita lihat ciri-ciri seseorang yang hatinya keras, seperti tidak tergugah untuk mengambil pelajaran oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya, lemahnya keinginan untuk melakukan amal saleh, kewajiban dan kefardhuan yang ditetapkan oleh Tuhan kepadanya terasa berat di punggungnya (Dr.Amir.h.212). Lalu bagaimana mengobatinya ?. 

Beberapa resep yang ditawarkan Dr.Amir dalam mengobati hati antara lain; pertama, mau mengambil pelajaran (i’tibar) dari beberapa peristiwa, seperti peristiwa kematian dan hal-hal yang menyusahkan kita sesudah mati. Dan tidak diragukan lagi bahwa kita semua besok akan mati, maka sudah sepantasnya kita mempersiapkan diri dari sesuatu yang pasti akan datang, bukannya dari sesuatu yang belum pasti. Kedua, selalu mengingat Tuhan baik dengan lidah maupun dengan hati. Supaya orang hatinya tidak keras, maka hendaknya ia selalu memikirkan keagungan Tuhan dan perasaan selalu butuh kepada Tuhan, dan ketiga Berhati-hati untuk tidak banyak bicara yang tidak bermanfaat, sebab setajam-tajam pisau masih tajam lidah dan ini biasanya merupakan sumber bencana bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dan adanya lidah berucap karena adanya hati yang memerintahkan, oleh karena itu perlu adanya manajemen yang masif dalam mengaktifkan lidah. 

Adapun kyword terpenting dalam buku Dr.Amir adalah bahwa seseorang dalam segala aktivitasnya tidak akan pernah lepas dengan masalah, dan masalah tersebut apabila sudah mengendap di dalam hati, maka hati tersebut akan mengeras dan sulit untuk ditakhlukkan kecuali hanya dengan agama, dan dalam semua agama telah diatur sesuai dengan yang telah Tuhan tetapkan. 

Ketiga resep diatas terlihat pendek dan mungkin tema usang yang suda dibahas banyak penulis hebat dan Da'i kondang karenanya, dianggap remeh bagi orang yang hatinya keras dan sok tahu. Orang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, tanpa menyadari betapa pengetahuan yang ia peroleh semuanya berasal dari Allah. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal, terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Allah. "Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu siapa yang memelihara diri dari kejahatan." (an-Najm [53]: 32) 

Wallahualam...Semoga Bermanfaat...!

Tidak ada komentar: