BAGAIMANA BERTERIMA KASIH DALAM ISLAM?

                Sumber Foto: ivanlanin.wordpress.com

"Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, dia tidak berterima kasih kepada Allah." Kalimat ini adalah terjemahan dari hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya.

مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ

Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, dia tidak berterima kasih kepada Allah (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani)

Ada hadits lain yang senada dengan hadits di atas, yang juga berderajat shahih.

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

Tidak bersyukur kepada Allah, siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Dishahihkan oleh Al-Albani)

KEPADA JANUARI KETAHUILAH

                                                                       Foto Pribadi: RAF


Aku padamu hanyalah rindu yang diperpanjang
Petasan yang disulut pada malam yang panjang
Menawari cahya yang datang
Meroket, melejit, mengilang


Rindu semakin tersulut
Menapaki jejak
semoga tak sulit
Rindu
Harapan.
Bersamamu

Kepada Januari, ketahuilah
Aku padamu bagai Filsafat
Rumit, namun tetap rasional
Tertuntun oleh silogisme yang benar
Pun, seuntai rasa rindu dan pilu selalu datang membisik
Mengaburkannya.

Kepada Januari Ketahuilah
Betapapun rumitnya rasa rindu
Pagimu kini, ialah rangkaian makna-makna
Bersublim pada jiwa
Hempaskanlah desembermu dengan jiwa yang tenang
Nikmati semburat mentarimu
Tuai harapan
Haru bahagia.

#RAF#PelukanMentari#Ternate,01012020#.

ADAKAH SUBSTANSI, APATAH LAGI BUDAYA BERDEMOKRASI?



Foto Pribadi: Rahmat  Abd Fatah 


Adakah substansi, apatah lagi Budaya Berdemokrasi? Jika aku istiqamah mengesakan Tuhan. Engkau menuduh aku radikal

Adakah substansi, apatah lagi Budaya Berdemokrasi? Jika aku peduli pada kemanusiaan dengan keadilan dan keberadabannya, kau tuduh aku tidak tulus dan pencitraan semata

Adakah substansi, apatah lagi Budaya Berdemokrasi? Jika aku berkumpul bersama, menguatkan dan mengukuhkan persatuan Indonesia. Kau tuduh aku intoleran dan memiliki agenda tertutup




Adakah substansi, apatah lagi Budaya Berdemokrasi?Jika sila kerakyatan yang penuh hikmat kebijaksanaan itu, mewujud konflik dalam permusyawaratan perwakilan

 Adakah substansi, apatah lagi Budaya Berdemokrasi?Jika Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hanyalah sebatas falsafah negara

 Adakah substansi, apatahlagi budaya berdemokrasi?Jika senandung toleransi, kau tuduh tak berprinsip, juga dendangan kepercayaan sesama tak lagi dipercaya

 Adakah substansi, apatahlagi budaya berdemokrasi? Jika kebebasan dan keterbukaan selalu dianggap kebablasan

Adakah substansi, apatahlagi budaya berdemokrasi?Jika menghargai dan perlindungan sesama tak lagi bergelayut di jiwa?

 Adakah substansi, apatahlagi budaya berdemokrasi Jika mozaik nan indah itu mulai redup tak berpelangi

Adakah substansi, apatahlagi budaya berdemokrasi?Jika di jagad maya yang bebas itu. Masih bersileweran para pengagum, sekaligus para pembenci. Saling mengunci, menguji sekaligus memuji, menuduh juga menindih

 Adakah substansi, apatahlagi budaya berdemokrasi?Jika kepentingan masih sebagai intrik dan taktik menelikung sesama

 Adakah substansi, apatah lagi budaya berdemokrasi?Jika alas yang mendasarinya ialah hasrat kuasa yang meniadakan rasa. Bukan prinsip dan ideologi,untuk menebari keadilan dan kebenaran pada semesta.

 Adakah substansi, apatahlagi budaya berdemokrasi?Jika kepercayaan public nyaris hilang. Adakah substansi, apatah lagi budaya berdemokrasi? Jika Penyelenggara juga parpol dicibir manis, juga sinis dan tak terlegitimasi dianggapnya.

Adakah substansi, apatahlagi budaya berdemokrasi????

Penulis: Rahmat Abd Fatah

Selasa, 18 Desember 2018