Membaca Pelantikan Secara Sosiologis

Pentingnya Peran Ayah

Peran ayah bukan saja soal nafkah fisik tapi juga non fisik. Seperti melalui kata-kata, sentuhan fisik, intonasi suara, ekspresi wajah dan tangan, juga sangat mendasar adalah soal bagaimana Ayah memperlakukan Ibunya. Ia akan merekam semua proses interaksi tersebut.

Apa dan bagaimana anak di tahun-tahun berikutnya juga sangat tergantung bagaimana kualitas kita membangun hari-hari bersama keluarga. Namun demikian, ini bukan suatu hal yang mudah jika kita kehilangan visi dan motif yang benar dalam membangun hubungan dalam keluarga.

Gelisah

Di semananjung pantai
Di penghujung senja 
Butiran pasirnya meranum gelisah
Mungkinkah tarian nyerinya yg silih berganti datang menemani
Memupus jiwa pembelajarku
Parkir ditepian sepi 
Memeluk mimpi-mimpi
Sampai kepakan ombaknya
Menarik ku masuk dalam keabadian cintanya.

Tobololo, 171220

Rindu

Butiran kerikil-kerikil itu menatap sepi, jingga mulai tampak, berdansa dengan kemerlap cahya di sepanjang jalan. Sosok lelaki muda terlihat sibuk merapikan diri, ia semakin dekat lalu memegang pundak ku dan bergumam; Abbi bangun sholat ta. Aku, terpaku.

#jelang subuh#Rindu rindu rindu#Peluk jauh sayang#.

Fajar

Sebabnya fajar adalah peristiwa cahya yang terpancar, menggerakan jiwa.Subuh, sujud pada RabbNya.

Ajaklah anak-anak pulang ke Desa

Kebun di hutan dan Laut(Mangael,bapukat dan gelombang laut) ialah penyuplai energi bagi kuatnya tekad, mimpi & harapan  generasi pesisir seperti kami. 

Setiap kali melihat orang tua dan saudara sakit karena kerja kerasnya hanya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan adik-adik mereka. Setiap itupula tekad dan mimpi kami terpahad kuat di jiwa, setiap ada masalah setiap itupula tekad dan mimpi kami semakin kuat dan begitu seterusnya semakin kuat.

Sebabnya anak-anak digital harus pula diajak kembali ke asalnya, biarkan mereka bebas merasakan desirnya alam, ceriah bersama generasinya, bermain air laut, sungai dan kebun di hutan, pun al hasil Si Raafat jagoanku semakin hitam sangat hitam๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€

Biarkan mereka ciptakan ceritanya sendiri. InsyaAllah dengan itu, menjadi dasar bagi kuatnya cinta dan tumbuhnya cita untuk negerinya.

RAF,Pasir putih mangoli. 25/12/2020.

Negeri ini terlampau indah untuk dijamah


Pengen aku tulis catatan foto ini tapi inspirasinya kamu. Ya kamu syantik yang hatiku tertaut, di tanah leluhur inilah kita dipilihkan menyatu, bukan yang kita inginkan. Toh sebelumnya bukan siapa-siapa, tak saling kenal lalu oleh Allah menautkan cinta, cita dan mimpi-mimpi mengarungi amanah terpanjang yang penuh dinamika.

Syantik ku, semilir angin di fiber ini semakin mendekap hangat jiwaku ingin meluk negeri ini. Sebagaiman kita yang sebelumnya tak saling kenal. Orang-orang yang tak saling kenal mulai berdatangan di negeri ini. Pemukiman semakin panjang dan mendekati hutan. Saya dengar pula masyarakatnya suda mulai suka menjual tanah dan kebun-kebunnya. 

Syantikku, menerima perbedaan itu pertanda kemajuan. Tapi dalam tahapan tertentu ada harga yang harus di bayar. Yaitu hilangnya cinta dan martabat diri masyarakat. Solidaritas, ikatan kekerabatan, kekeluargaan, nilai-nilai kearifan lokal, perlahan hilang sebab relasi yang mengalasinya bukan sikap, karakter, tua, muda, anak, orang tua apalagi hanya sekedar marga. Sebab sungguh yang mengalasinya adalah uang, pekerjaan, kesempatan dan peluang.

Syantik ku, sebagaimana kita. Kedatangan "mereka" bukan yang di tentukan Tuhan, tapi yang diinginkan. Bahkan melebihi keinginan adalah "kerakusan". Di sana "libidio" kuasa dan pengusaha tumbuh subur, yang satu ingin menguatkan basis material dengan mengksplorasi alam dan menciptakan ketergantungan manusianya. Dan yang satu ingin tenang di singgasananya kuasa.

Syantikku, negeri ini terlampau indah untuk di jamah oleh mereka yang slalu merasa lapar dan haus akan harta dan kuasa. Negeri inipun kaya akan kearifan dan pesan-pesan leluhurnya. Jika kelak anak-anak kita berteriak tentang pembebasan, tentang kembalinya harga diri dan cinta negeri ini. Aku rela sekalipun darah mereka tertumpah✊✊✍✍

#Mangoli Tengah#Kep.Sula#.

Aku padamu Syantik ku๐Ÿ˜

Bukan peracik kata apalagi penyair, hanyalah penaung rasa dalam kata; Semoga slalu terbalut cinta dan rasa sayang ini menjadi bait surgawi, menembus batas arsy dengan do'a yang lirih untukmu syantik ku. Bahagia dan sehat slalu menyertai liburannya. Aku padamu๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜
#Mangoli nan Indah memesona#.

Apa keajaiban cinta kita?

Legenda keadilan Umar Bin Khatab adalah keajaiban. Tasirnya ialah cintanya pada Allah dan rakyatnya menjadi Ruh kepemimpinannya. Legenda perang Khalid Bin Walid adalah keajaiban, tafsirnya juga begitu. Karena ia lebih mencintai jihad ketimbang tidur bersama gadis cantik di malam pengantin. Saat cinta adalah saat "gila" saat "gila" adalah saat keajaiban. Lalu saat anda para kader sedang mencinta. Apa keajaiban transformasi cinta yang kelak akan melegenda? So, gunakanlah bahasa cintamu pada tempat yang tepat dengan "dosis" yang akurat, agar engkau tumbuh menjadi bintang gemintang yang menerangi [RAF].

UPAI, disuatu hari

Pagi ini(12/4/2016) Kakak ku tercinta Saiful, mengajak ke Upai (Nama kebun), tetapi bagi saya, ia bukan saja nama bagi sebuah kebun tetapi nama bagi semua harapan dan masa depan keluarga tertumpah. ia bahkan adalah nama bagi sebuah cinta dan kenangan indah. 

Alhamdulillah bahagianya setelah sekian lama tahun 2001. kini di ajak Kakak tercinta, Kakak yang dengan setia semenjak kecil menghabiskan waktu mengarungi samudra saketa dan hutan belantara upai, kaka yang dengan kerja kerasnyapula bersama Abba. Kami bisa mengenyam pendidikan.

Dalam mengarungi samudera yang tenang pagi ini, Kenangan demi kenangan sepanjang masa kecilku semua terekam jelas dalam ingatan, berputar bagai putaran VCD yang sedang menayangkan sebuah kisah di layar monitor.

 Pandanganku terpaku pada tenangnya laut dan hamparan gunung nan indah mempesona dengan binar Sang surya yang teduh. Aku tersenyum mengingat kekonyolanku bersama kakak disuatu malam saat menjaring ikan, justru ikannya membawa jaring kami, menegangkan sangat menegangkan bukan karena suda semakin larut malam dan terdengar suara khas fotifoti. 

Entahlah apa artinya, itulah sebutan kakak atas suara yang kadang nyaring, pelan, menghilang, nyaring, pelan dan menghilang. Tapi yang paling kami takutkan dan menegangkan adalah bayangan kami atas reaksi Abba saat mengetahui Jaring harapan keluarga itu hilang.

Di pagi yang menjelang

Di sini di pagi yang menjelang
Resah aksara
Di ujung bait subuh
Kau dan anak-anak kupeluk jiwa
Kalian melayangkan aroma pewangian daksa alkautsarnya
Menghujamkan aku dibait rindu
Terimakasih yang tak henti 
menjadi oase bagi gersangnya jiwa

#H3RsDarmaIbu0600#.

Berbahagialah Sebagai Kader [Refleksi Milad IMM]

 Sudahkah engkau menyiapkan diri agar bahagia dalam menghadapi setiap dinamika perkaderan, bahagia dalam kajian di ujung senja atau malam oleh pelukan purnama, penuh kesungguhan dalam mengemban peran, melangkah mantap dalam memikul amanah, menjaga semangat dan bahagia hingga akhir batas? Maka siapkan diri anda meniti jalan proses bersama IMM. Bersama menapaki jalan cinta; “Berlomba-lomba dalam kebaikan” sembari terus mengikhtiari capaian setiap mimpi, cita dan cinta anda. [Rahmat Abd Fatah].


Apakah karena Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) telah dan selalu membersamai pertumbuhan saya sebagai anak muda atau mungkin saja karena pernah melewati masa sulit “jatuh bangun” di IMM. Saya bahkan tidak benar-benar mengerti kenapa saya sebahagia ini ketika bicara tentang perkaderan di IMM. Atau memang bahagia tidak harus selalu membutuhkan pengertian, sebab ia hanya dapat dirasakan oleh setiap kader yang dalam suatu satuan waktu proses perkaderannya, ia menemukan titik balik kehidupan atau momentum. Sebab, kenyamanan dan kebahagiaan yang dia rasakan sebagai kader IMM.

Kebahagiaan selanjutnya menjadi emosi positif yang tidak saja dirasakan, tetapi juga dapat mengalasi perjalanan sebagai seorang kader, menjadi sebab ia tidak peduli seberapa sering permasalahan personal yang dia hadapi di rumah dan kosannya. Begitu ia masuk dalam IMM persoalan personalnya lebur menjadi bahagai bersama. Perasaan bahagia bersama ikatan itulah menjadikan ia semakin kuat, dan berani melewati tantangan-tantangan kehidupan personalnya.

Kader yang bahagia ialah yang memiliki perasaan positif ketika persoalan organisasi menghampirinya dan dengan senang hati melakukan perbaikan, sembari tidak berhenti mengembangkan dirinya secara personal sebagai kader. Dan inilah yang menjadikan seorang kader dapat menonjol di satu sisi dan terseleksi secara alamiah. Di sisi yang lain ketika ia tidak mampu beradaptasi dengan dinamika dan kolektifitas perkaderan di IMM.

Tetapi apakah ada kader yang dalam semua satuan waktu berikatan tidak pernah menemukan kebahagaiaan?. Bisa jadi ada. Ketika ia selalu diselimuti oleh perasaan negatif yang memandang setiap masalah yang dihadapi organisasnya sebagai kesulitan, terus-menerus membuatnya tidak bisa berkembang sebagai kader. Pikiran negatif ialah persepsi atau deskripsi negatif pada diri sendiri, orang lain dan organisasi.

Seorang kader yang tidak menemukan bahagia dalam proses perkaderannya, hanya akan mengeluh dan terus menerus membicarakan kekurangan organisasinya. Hasilnya, ia tidak dapat melakukan perbaikan dan capaian besar. Ia bahkan nyaman dengan ketidaknyamanan pikiran dan perasaan personalnya pada organisasi.

Jebakan Kenyamanan

Sering kita dengar bahwa penenang terbaik adalah janji, sedangkan jebakan terbaik adalah kenyamanan. Dan di awal tulisan ini saya mengatakan tidak pernah mengerti kenapa saya sebahagia ini ketika bicara tentang perkaderan IMM. Setelah menjadi alumni, baru saya menyadari terutama yang membuat saya dapat bertahan di IMM bukan karena aktivitas intelektualismenya atau demonstrasinya. Akan tetapi, yang membuat akhirnya saya dapat bertahan di IMM lantaran benar-benar terlampau mencintai IMM. Terjebak dalam kenyamanannya.

Tetapi soal kenyamanan Immawan dan Immawati (sebutan untuk laki-laki dan perempuan di IMM), anda tidak boleh terlampau baper (bawa perasaan). Apalagi terbuai kata-kata yang syahdu, janji-janji manis, penuh perhatian, terjebak dalam kenyamanan, terlampau cinta dan akhirnya diberi luka yang dalam.

Jebakan kenyamanan IMM ialah jebakan nilai. Janji IMM ialah makrifah cinta. Ia bersublim ke dalam jiwa personal kader, bergerak secara kultural dan membentuk struktur transendensi (keimanan) yang kuat. Dasarnya ialah janji Allah yang secara maknawi akan memberikan keberuntungan kepada kader IMM, yang senantiasa menjaga ikatannya dan istiqamah menyeru kepada kebaikan, mencegah kepada kemungkaran  (Al-Imran:104).

Proses jebakan IMM ialah proses pembentukan habitus kader. Sebuah kebiasaan yang dikonstruksi secara struktural dan kultural, meliputi substansi maupun simbol-simbol. Bagus Takwin, dalam pengantar buku; (Habitus x Modal) + Ranah=Praktik,2009)  mengatakan habitus (dalam pengertian Pierre Bourdieau), merupakan struktur subjektif yang terbentuk dari pengalaman individu berhubungan dengan individu lain dalam jaringan struktur objektif yang ada dalam ruang sosial.

Dalam proses pembentukan habitus tersebut, Bagus Takwin, mengatakan (Dalam pengertian Bourdieau) Individu kemudian mempersepsi, memahami, menghargai serta mengevaluasi realitas sosialnya. Berbagai macam skema tercakup dalam habitus seperti konsep ruang, waktu, baik, buruk, sakit-sehat, benar-salah dan seterusnya. Skema itu membentuk struktur kognitif yang memberi kerangka tindakan kepada individu dalam hidup kesehariannya bersama orang lain dalam realitas sosial.

Dalam pengertian habitus itu maka sumber bahagia kader IMM sesungguhnya ialah apa yang didilihatnya, apa yang didengarnya sama dengan apa yang dipraktikkan sebagai kerangka tindakan dalam proses pembentukan habitus yang religius, intelektualis dan praktik keberpihakan dalam substansi manifestani nilai-nilai kemanusiaan sebagai amal ilmiah dan ilmiah amaliahnya.

Maka proses pembentukan habitus kader IMM yang dimulai dari pengenalan calon kader secara kultural (Masa Ta’ruf), pelaksanaan Darul Arqam Dasar (pelatihan secara struktural), pendampingan secara struktural dan kultural setelah pelaksanaan DAD, adalah rangkaian proses pembentukan habitus kader. Sebagai ikhtiar untuk dapat menjadi bagian dari keberuntungan yang dijanjikan oleh Allah (Al-Imarn:104), dan janji untuk berkuasa di muka bumi, mendapat peneguhan agama yang telah diridhai-Nya untuk para kader yang istiqamah. Allah akan menukar keadaan mereka setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, diteguhkan imannya oleh Allah dengan tidak mempersekutukan dengan suatu apapun… (Qs. An-Nur:55).

Dengan demikian, tugas utama dalam proses pembentukan habitus itu dengan melakukan oleh apa yang saya sebut dengan perkaderan empat M (4M), sebagai ikhtiar mengintegrasikan nalar akal dan nalar wahyu untuk transformasi sosial kemanusiaan. Perkaderan 4M yang dimaksud adalah perkaderan Makro Objektif (Penguatan geneologi pemikiran dan basis Keorganisasian), Makro Subyektif (Penguatan  budaya dan nilai kepemimpinan), Mikro Objektif (Pola interaksi/tindakan transformasional kader) dan Perkaderan Mikro Subjektif (Prinsip Ketauhidan, peneguhan sikap intelektualitas dan keberpihakan). Dimana masing-masing 4M memiliki spesifikasi orientasi, model dan metode sendiri, tetapi masih dalam objek yang sama yaitu melakukan penguatan teoritik-aplikatif pada tiga tahapan kompetensi dasar utama yang harus menyeluruh dan tidak boleh diubah tahapannya. Dimulai dari tahapan perkaderan kompetensi religiusitas,  intelektual dan humanitas serta penguatan proses penokohan kader (Lihat https://jurnal-umbuton.ac.id/index.php/Pencerah/article/view/966).

Walaupun model 4M masih harus dikembangkan sebagai sebuah model perkaderan, tetapi setidaknya secara makro telah memberikan gambaran sebagai jawaban atas respon persoalan dinamika perkaderan IMM secara paridgmatik (Sosiologis) dan akhirnya simaklah ayat berikut;

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh, bahwa Allah sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di Bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Allah akan meneguhkan bagi mereka  agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Allah akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka tetap menyembahku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS.An-Nur:55)

 Ayat ini menjadi simpul pola perkaderan 4M yang memberikan syarat kemenangan kepada kader-kader IMM yang sedang menapaki proses pembentukan habitus yang transenden dan imanen untuk ikhtiar kemanusiaan universal.  Bahwa; pertama, secara sosiologis keberimanan adalah basis material kaum muda yang hendak menjadikan nilai-nilai transendental (keimanan) sebagai bagian penting dari proses membangun organisasi. Sekaligus sebagai kritik terhadap Marxisme yang menyatakan bahwa struktur menentukan suprastruktur (Material menentukan kesadaran). Sehingga proses kaderisasi IMM meletakkan kesadaran (suprastruktur) di atas basis material (struktur).

Kedua, Amal Shaleh (Humanisasi) sejalan dengan semangat teori kritis yang menempatkan manusia pada subjek perubahan dengan model mikro subjektif, yakni keberpihakan sosial. Hanya saja jika teori kritis lahir dan bertumpu pada humanisme antroposentris (manusia saja) maka konsep mikro subjektif dalam model 4M berakar pada humanisasi-keagamaan(manasia dan ketertautan hatinya dengan sang pencipta).

Ketiga, “sebagaimana Dia (Allah) telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa “.  Jelas bahwa generasi hari ini tidak akan menjadi lebih baik kecuali dengan apa yang menjadikan generasi awalnya baik. Yaitu Rasulullah dan para sahabatnya sebagai generasi terbaik. Betapa begitu banyaknya inspirasi atas kecerdasan, cinta dan heroisme para sahabat yang usianya masih sangat mudah telah meletakkan warisan sejarah yang paling agung dalam setiap segmentasi peradaban;

“Usamah bin Zaid, memimpin sebuah ekspedisi militer yang di dalamnya ada tokoh-tokoh besar, seperti Abu Bakar dan Umar, di usianya 19 tahun. Harun Ar-Rasyid memimpin imperium raksasa yang terdiri atas tiga benua besar, yaitu Asia, Afrika dan Eropa, sedang usianya baru 22 tahun. Anaknya Harun Ar-Rasyid yaitu, Al-Amin, pernah juga memimpin pasukan besar di Khurasan lalu menang di usianya masih 11 tahun. Konstantinopel akhirnya terbuka dan memenuhi mimpi 8 abad umat Islam ditangan seorang pemuda yang usianya 24 tahun, Muhammad Al-Fatih. Maka berbahagialah di jalan ini, jalan perkaderan. Jalan para pejuang dan jalan para pecinta. **