Negeri ini terlampau indah untuk dijamah


Pengen aku tulis catatan foto ini tapi inspirasinya kamu. Ya kamu syantik yang hatiku tertaut, di tanah leluhur inilah kita dipilihkan menyatu, bukan yang kita inginkan. Toh sebelumnya bukan siapa-siapa, tak saling kenal lalu oleh Allah menautkan cinta, cita dan mimpi-mimpi mengarungi amanah terpanjang yang penuh dinamika.

Syantik ku, semilir angin di fiber ini semakin mendekap hangat jiwaku ingin meluk negeri ini. Sebagaiman kita yang sebelumnya tak saling kenal. Orang-orang yang tak saling kenal mulai berdatangan di negeri ini. Pemukiman semakin panjang dan mendekati hutan. Saya dengar pula masyarakatnya suda mulai suka menjual tanah dan kebun-kebunnya. 

Syantikku, menerima perbedaan itu pertanda kemajuan. Tapi dalam tahapan tertentu ada harga yang harus di bayar. Yaitu hilangnya cinta dan martabat diri masyarakat. Solidaritas, ikatan kekerabatan, kekeluargaan, nilai-nilai kearifan lokal, perlahan hilang sebab relasi yang mengalasinya bukan sikap, karakter, tua, muda, anak, orang tua apalagi hanya sekedar marga. Sebab sungguh yang mengalasinya adalah uang, pekerjaan, kesempatan dan peluang.

Syantik ku, sebagaimana kita. Kedatangan "mereka" bukan yang di tentukan Tuhan, tapi yang diinginkan. Bahkan melebihi keinginan adalah "kerakusan". Di sana "libidio" kuasa dan pengusaha tumbuh subur, yang satu ingin menguatkan basis material dengan mengksplorasi alam dan menciptakan ketergantungan manusianya. Dan yang satu ingin tenang di singgasananya kuasa.

Syantikku, negeri ini terlampau indah untuk di jamah oleh mereka yang slalu merasa lapar dan haus akan harta dan kuasa. Negeri inipun kaya akan kearifan dan pesan-pesan leluhurnya. Jika kelak anak-anak kita berteriak tentang pembebasan, tentang kembalinya harga diri dan cinta negeri ini. Aku rela sekalipun darah mereka tertumpah✊✊✍✍

#Mangoli Tengah#Kep.Sula#.

Tidak ada komentar: