Rahmat (Jaz merah) Demonstrasi kenaikan harga BBM saat Mahasiswa
Saya lahir di sebuah desa kecil
bernama Saketa, di selatan Halmahera. Desa itu dikelilingi laut yang luas dan
kebun yang tak pernah habis ditumbuhi pohon kelapa, kakao, dan jagung. Pada
pagi 10 Juli 1985, udara masih lembap, dan embun menempel di dedaunan, ketika
tangisan pertama saya pecah di antara doa orang tua saya: Abbah, Hi. Abdul
Fatah, dan Ummah, Rakiman Ende. Mereka berdua bukan orang yang besar dalam
ukuran dunia, melainkan besar dalam cara yang lain, yaitu dalam doa, dalam
kesederhanaan, dalam kesetiaan pada tanah dan langit. Dari keduanya, saya
mewarisi dua pusaka, yaitu kerakter dan doa.
Jejak dari Tanah, Doa, dan Laut
Langganan:
Postingan (Atom)